Pages

Wednesday, November 3, 2010

Untukmu S.Hut


     Betul sepertinya,, rasanya aku memang belum pantas menyandang gelar sarjana. Sesuatu di balik susunan 4 huruf itu yang aku belum dapat.. S.Hut.. yang aku lakukan selam ini hanya lah menghapal dan menuangkan hapalan ke lembar jawaban lalu pulang ke kosan dan tidur. Itu yang aku lakukan selama hampir 5 tahun ini. Skripsi?? Hahaha.. hanya masalah permainan kata-kata tidak lebih.. proyek? Hanya butuh keringat dan sedikit kepandaian bicara, tdk lebih.. Sarjana Kehutanan,,apakah aku telah pantas untuk menyandang dan membawamu kemana langkah ku pergi? Apakah kau ikhlas jika kugunakan untuk mencari nafkah?  
     Sesungguhnya aku malu jika saat ini (dlm waktu dekat) aku memperoleh gelar itu. Seorang professor pernah menasehatiku: “apa yang kamu inginkan tdk akan kamu dapatkan dgn mudah tanpa usaha.” Dan aku merasa tidak melakukan apa2 untuk mendapatkanmu wahai S.Hut. maafkan aku jika aku membuatmu mengais rejeki di tempat yang bukan menjadi tempatmu. Maafkan aku jika aku hidup atas jasamu namun aku belum bisa menghargaimu. maafkan aku saat engkau sedang terpuruk, aku tidak berusaha mengangkatmu seperti kau telah mengangkat kehidupanku,, aku justru duduk di bawah dinginnya AC di tengah kota Jakarta di bawah tulisan B**K MANDI*** atau di balik papan AST*A atau malah sedang memikirkan tentang orang2 yg akan angkat kredit tapi dgn kondisi yg belum cukup mampu angkat kredit,, sekali lagi maafkan aku. Aku memang belum pantas menyandang gelar S.Hut.
     Teringat aku kepada sebuah tulisan dari seorang kawan tentang bagaimana idealnya seorang sarjana. Mungkin banyak yang bilang bahwa rejeki itu tidak akan bisa ditebak, Tuhan lah yang menentukan rejeki setiap manusia. Tapi lagi-lagi logikaku kembali tergelitik dan terpancing untuk berpikir: apakah setiap manusia terlahir untuk mengejar impiannya sendiri? apakah Tuhan pernah menciptakan manusia yang tugasnya benar-benar untuk memberi arti kehidupan bagi alam dan sesamanya? Jika iya,lalu kenapa semua kawan-kawan yang aku kenal selalu berkata: "adalah naif jika berpikir bahwa seorang sarjana kehutanan tidak boleh bermimpi untuk bekerja di perbankan. Dan jika memang harus bekerja di kehutanan ya pastinya Dephut."
Tidak adakah dari kalian yang berminat untuk mengabdi kepada kehutanan tanpa ada motif ekonomi?? Pertanyaan yang idealis dan sangat klise,tapi tidak ada salahnya kan bertanya??
Salam lestari,, salam damai..

No comments:

Post a Comment